Bab 13 Penerapan Pola Lantai pada Gerak Tari
1. Pola Lantai Tari Tradisional
Pola lantai pada tari tradisional Indonesia pada prinsipnya hampir sama yaitu garis lurus dan garis lengkung.
Garis lengkung termasuk pola lingkaran dan garis lurus bias membuat segi empat, segitiga, atau berjajar. Pola lantai dapat juga dilakukan dengan cara kombinasi antara garis lurus dan garis lengkung.
2. Tata Rias dan Busana Tari Tradisional
Karakter pemarah, jahat, dan sejenisnya biasanya menggunakan tata rias warna merah yang dominan.
Demikian juga pada busana. Busana warna dominan yang digunakan secara visual menunjukkan bahwa penari memerankan tokoh jahat.
Karakter tokoh baik pada epos Ramayana biasanya menggunakan riasan cantik seperti riasan pada Pregiwa sebagai istri Gatot Kaca.
3. Properti Tari Tradisional
Properti merupakan salah satu unsur pendukung dalam tari. Ada tari yang menggunakan properti tetapi ada juga tidak menggunakan.
Properti yang digunakan ada yang menjadi nama tarian tersebut.
Contoh tari Payung menggunakan payung, tari Piring menggunakan piring sebagai properti.
Ada juga tarian yang menggunakan properti tetapi tidak digunakan sebagai nama tarian.
Contoh tari Pakarena menggunakan Kipas, tari Merak menggunakan Selendang, tari Serimpi dari Yogyakarta atau Surakarta ada yang menggunakan Kipas, Keris atau properti lain.
4. Tata Iringan Tari Tradisional
Musik sebagai iringan tari dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu iringan internal dan eksternal.
Iringan internal memiliki arti iringan tersebut dilakukan sekaligus oleh penari.
Iringan internal juga dijumpai pada tari daerah Papua penari membunyikan tifa sebagai iringan gerakan.
Iringan eksternal memiliki arti iringan yang berasal dari luar penari.
Musik iringan tari memiliki fungsi antara lain:
1) sebagai iringan gerakan;
2) ilustrasi;
3) membangun suasana.
Sumber: https://ringkasan-buku-sekolah.blogspot.com/2020/10/bab-13-penerapan-pola-lantai-pada-gerak.html?m=1